Sunday, July 26, 2009

Tidak Mampu Mengendalikan Amarah

Diantara sifat orang yang beriman adalah mampu mengendalikan dirinya disaat marah, sebagaimana firman Allah swt :

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Artinya : “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Al Imran : 134)

Seorang yang beriman tidak akan memperturutkan provokasi yang dilakukan setan didalam dirinya saat ia sedang marah yang dapat mengakibatkan dirinya hilang kendali bahkan tidak menyadari apa yang dilakukannya. Ia lebih memilih diam, melakukan introspeksi dan menenangkan seluruh anggota tubuhnya disaat marah, inilah kekuatan yang sesungguhnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda,”Bukanlah kekuatan pada (kemampuan) bergulat akan tetapi pada yang mampu mengendalikan dirinya disaat marah.”

Tidak selamanya amarah itu dibenci akan tetapi terkadang justru hal itu dipuji oleh Allah swt, manakala amarahnya karena agama, Allah atau pelecehan terhadap aturan-aturan-Nya, sebagaimana disebutkan didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Aisyah bahwa Rasulullah saw tidak pernah ada amarah didalam dirinya sedikit pun kecuali jika kehormatan Allah dihinakan maka beliau saw akan marah karena Allah.”

Dengan demikian gejolak amarah ini bisa menimpa siapa saja bahkan terhadap seorang yang beriman atau seorang yang alim sekali pun ketika keimanannya menurun atau lalai dari dzikrullah. Pada saat seperti inilah setan yang memang mengalir didalam aliran darah manusia itu berhasil memanfaatkan situasi dan mengendalikan dirinya untuk terus membakar dirinya dan memprovokasi jiwanya sehingga amarahnya meledak menjadi ungkapan-ungkapan kotor, jelek, ejekan, hardikan, atau bahkan pemukulan.

Inilah awalnya dan ketika hal ini terjadi berulang-ulang tanpa pernah dirinya berusaha menyadari sebab-sebab kemunculan amarahnya itu atau memperbaikinya maka lama-kelamaan hal itu menjadi akhlak atau kebiasaannya yang secara otomatis keluar tanpa terfikir sebelumnya sehingga dirinya menjadi temperamental atau mudah terbakar amarahnya bahkan terkadang dikarenakan hal-hal sepele.

Dan bagi seorang istri yang mendapati suaminya memiliki akhlak seperti itu hendaknya senantiasa meminta pertolongan kepada Allah swt dengan doa-doa yang dipanjatkannya agar Allah swt memberikan bimbingan dan arahan-Nya kepada diri dan suaminya. Kemudian hendaknya dirinya bersabar terhadap sikap suaminya itu dan janganlah menandingi kemarahannya dengan amarah pula maka sesungguhnya ini tidak akan menyelesaikan permasalahan atau meredakan amarahnya karena yang terjadi justru permasalahan akan semakin runyam dan tensi akan semakin meninggi. Seharusnya amarahnya mereda hanya dalam waktu 5 menit namun ia bisa menjadi setengah jam lebih karena ditanggapi oleh istrinya dengan amarah pula.

Untuk memperbaiki prilaku suami yang temperamental ini maka yang pertama bahwa prinsip pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Untuk itu hendaklah si istri terlebih dahulu melakukan introspeksi terhadap dirinya (muhasabah) secara obyektif. Adakah prilakunya itu dikarenakan kekurangannya didalam melayaninya? Atau didalam mengurus anak-anaknya? Ataukah karena sikapnya yang menyinggung dirinya? Ataukah dikarenakan kegiatannya di luar rumah yang tidak disukainya? Ataukah…. Ataukah…. Dan jika memang dia mendapati bahwa dirinya juga menjadi penyebabnya maka hendaklah dia memperbaikinya. Dan tidak ada salahnya bagi si istri untuk lebih memberikan perhatian kepadanya baik ketika dia ada rumah maupun di luar rumah atau lebih menampakkan kecintaan dan kemesaraan kepadanya sehingga semakin mengikat hubungan hati diantara keduanya.

Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan setelah itu, diantaranya :

1. Langsung berdialog dengannya.

Cobalah disaat-saat anda berdua sedang bersantai, seperti ketika waktu makan, menjelang tidur, dan lainnya untuk mengkomunukasikan permasalahan diatas kepada dirinya, membicarakan tentang penyebab-penyebabnya dan mencari solusinya secara bersama. Dan pada saat ini pula cobalah anda sampaikan tentang sikap temperamennya yang tidak jarang membuat anda dan anak-anak takut, tegang, bingung dan sampaikan pula kepadanya pengaruh negatifnya terhadap anak-anak. Lalu mintalah darinya untuk mengurangi sikap temperamentalnya itu atau kalau mungkin menghentikannya sama sekali.

Dan hendaknya hal diatas dilakukan setelah anda terlebih dahulu memulainya dengan tawa, canda atau pujian-pujian terhadap dirinya maupun sifat-sifat yang ada pada dirinya.

2. Menulis surat atau sms kepadanya.

Apabila upaya pertama diatas tidak mendapatkan hasil maka anda bisa lakukan upaya yang lain yaitu dengan menuliskan surat, sms atau yang sejenisnya. Tuangkanlah didalam surat tersebut seluruh perasaan cinta dan sayang anda kepadanya, juga perasaan anak-anaknya kepada dirinya, pujilah dirinya, pujilah akhlaknya bahwa dirinya adalah kuat yang mampu menahan amarah. Lalu tuangkanlah isi hati anda, berupa kesedihan, ketakutan, kekhawatiran anda terhadap sikap temperamentalnya itu lalu tutuplah dengan harapan agar dirinya menghentikan sikapnya selama ini dan mintalah agar senantiasa mengingat Allah swt supaya hatinya menjadi tenang.

3. Dengan perantara orang lain

Upaya lainnya adalah anda bisa meminta bantuan dari orang yang terdekat dengannya, orang yang selama ini dihormati dan didengar ucapanya, seperti saudara perempuannya atau ibunya. Cobalah bicarakan permasalahan yang anda hadapi di keluarga kepada orang perantara itu dan mintalah bantuan darinya untuk membicarakannya kepada suami anda. Akan tetapi hal yang juga perlu anda ingatkan kepada perantara itu agar tidak mengatakan kepada suami anda bahwa dirinya mendapatkan aduan dari anda.

4. Anda juga bisa menggunakan sarana-sarana lainnya, seperti : mengajaknya mendengarkan caramah tentang menahan amarah, memberikan kepadanya artikel-artikel, buku-buku atau kaset-kaset tentang amarah dan bahayanya baik dilakukan dengan cara disengaja oleh anda seperti : dengan cara menyodorkannya kepada dirinya atau dengan cara tampak tidak disegaja, seperti : meletakkannya di tempat-tempat yang bisa terlihat olehnya di rumah. Seperti : di meja kerja, ruang perpustakaan keluarga, di tempat tidur dan lainnya.

Wallahu A’lam

Sumber : Eramuslim

>>Selengkapnya>

Makna Islam Terpecah 73 Golongan

Tafsir Surat Al Anbiya : 93

إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ ﴿٩٢﴾
وَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ كُلٌّ إِلَيْنَا رَاجِعُونَ ﴿٩٣﴾
فَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهِ وَإِنَّا لَهُ كَاتِبُونَ ﴿٩٤﴾


Artinya : “Sesungguhnya (agama tauhid) Ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku. Dan mereka telah memotong-motong urusan (agama) mereka di antara mereka. kepada kamilah masing-masing golongan itu akan kembali. Maka barang siapa yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, Maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan Sesungguhnya kami menuliskan amalannya
itu untuknya.” (QS. Al Anbiya : 92 – 94)

Tentang firman Allah إن هذه أمتكم أمة واحدة , Ibnu Abbas, Mujahid, Said bin Jubeir dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan bahwa agama kalian adalah satu.

Sedangkan Hasan Al Bashri mengatakan bahwa ayat itu menjelaskan kepada mereka apa-apa yang harus dijaga dan apa-apa yang akan terjadi kemudian dia mengatakan bahwa makna dari إن هذه أمتكم أمة واحدة adalah sunnah (jalan) kalian adalah jalan yang satu.
Adapun maksud firman Allah وتقطعوا أمرهم بينهم adalah umat-umat berselisih terhadap para rasul mereka, ada dari mereka yang mengimani namun ada juga yang mendustai mereka. Karena itulah firman-Nya كل إلينا راجعون yaitu : pada hari kiamat, Dia swt akan memberikan balasan sesuai dengan amalnya, jika amalnya baik maka dibalas dengan kebaikan dan jika ia buruk maka dibalas dengan keburukan. Karena itu juga Allah berfirman فمن يعمل من الصالحات وهو مؤمن yaitu hatinya beriman dan beramal shaleh فلا كفران لسعيه seperti firman-Nya إنا لا نضيع أجر من أحسن عملا (QS. Al Kahfi : 30) yang berarti usaha atau amalnya tidak akan diingkari bahkan diberikan balasan dan tidaklah dizhalimi walau sebesar biji sawi sekali pun, karena itu pula firman-Nya selanjutnya وإنا له كاتبون yaitu akan ditulis seluruh amalnya dan tidak akan disia-siakan sedikit pun. (Tafsir al Qur’anil Azhim juz V hal 371 – 372)

Al Qurthubi mengatakan bahwa makna وتقطعوا أمرهم بينهم mereka saling berpecah didalam agama, demikian dikatakan al Kalibi, sementara al Akhfasy mengatakan bahwa mereka saling berselisih didalamnya.

Al Qurthubi juga mengatakan bahwa yang dimaksud di situ adalah orang-orang musyrik, mereka dicerca karena telah menyimpang dari kebenaran serta mengambil tuhan-tuhan selain Allah. Al Azhariy mengatakan bahwa maknanya adalah mereka telah berpecah belah didalam urusan (agama) mereka.

Maksudnya adalah seluruh makhluk, yaitu mereka telah menjadikan urusan didalam agama mereka terpotong-potong dan mereka mebagi-bagi diantara mereka. Diantara mereka ada yang tetap bertauhid, ada yang menjadi Yahudi, ada yang menjadi Nashrani dan ada yang menyembah raja atau berhala. Dan كل إلينا راجعون yaitu seluruhnya akan dikembalikan kepad pengadilan Kami lalu Kami memberikan balasan kepada mereka. (Al Jami’ Li Ahkmil Qur’an jilid VI hal 304 – 305)

Didalam menafsirkan ayat-ayat diatas Sayyid Qutb mengatakan bahwa umat para rasul adalah satu, mereka tegak diatas aqidah yang satu dan agama yang satu. Asasnya adalah tauhid yang menjadi da’wah para rasul sejak awal hingga akhir risalah-risalah tanpa ada pergantian atau perubahan pada asal yang besar ini.

Sesungguhnya berbagai perincian dan penambahan didalam manhaj kehidupan tegak diatas aqidah tauhid yang sesuai dengan kesiapan setiap umat, perkembangan setiap generasi, sesuai pertumbuhan pengetahuan dan pengalaman manusia, kesiapan mereka terhadap berbagai tipe taklif dan syari’at serta sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan baru yang tumbuh bersama pengalaman mereka dan perkembangan kehidupan, berbagai sarana dan hubungan antara generasi satu dengan lainnya.
Bersamaan dengan kesatuan umat para rasul dan kesatuan dasar yang diatasnya tegak seluruh risalah itu terjadilah perpecahan dikalangan para pengikutnya dalam urusan (agama), setiap mereka menjadi sebuah potongan dan lari darinya. Lalu muncul perdebatan dan banyak perselisihan terjadi diantara mereka serta bangkitlah permusuhan dan kebencian diantara mereka… Hal itu terjadi diantara para pengikut dari rasul yang satu hingga mengakibatkan sebagian mereka membunuh sebagian lainnya dengan mengatasnamakan aqidah padahal aqidahnya satu dan umat para rasul seluruhnya adalah satu.

Sungguh perpecahan diantara mereka dalam urusan (agama) mereka di dunia dan seluruhnya akan dikembalikan kepada Allah di akherat كل إلينا راجعون yaitu seluruhnya hanya kembali kepada-Nya. Dia lah yang berhak menghisab mereka dan Yang mengetahui atas apa yang mereka lakukan baik berupa petunjuk atau kesesatan . (Fii Zhilalil Qur’an juz IV hal 2397)

Didalam sebuah hadits shahih yang sudah masyhur yang diriwayatkan oleh Ashabus Sunan dan masanid seperti Abu Daud, Nasai, Tirmidzi dan yang lainnya dengan beberapa lafazhnya, diantaranya,”Orang-orang Yahudi akan terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan seluruhnya di neraka kecuali satu. Orang-orang Nasrani terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan seluruhnya di neraka kecuali satu. Dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan seluruhnya di neraka kecuali satu.” Didalam riwayat lain,”Mereka bertanya,’Wahai Rasulullah, siapakah golongan yang selamat ?

Beliau saw menjawab,’Siapa yang berada diatas (ajaran) seperti ajaranku hari ini dan para sahabatku.” (HR. Thabrani dan Tirmidzi) didalam riwayat lain disebutkan,”ia adalah jama’ah, tangan Allah berada diatas tangan jama’ah.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Siapa Golongan Yang Selamat ?

Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz mengatakan bahwa “Golongan yang Selamat” adalah jama’ah yang istiqomah diatas jalan Nabi saw dan para sahabatnya, mengesakan Allah, menaati berbagai perintah dan menjauhi berbagai larangan-Nya, istiqomah dengannya dalam perkataan, perbuatan maupun aqidahnya. Mereka adalah ahlul haq, para penyeru kepada petunjuk-Nya walaupun mereka tersebar di berbagai negeri, diantara mereka ada yang tinggal di Jazirah Arab, Syam, Amerika, Mesir, Afirka, Asia, mereka adalah jama’ah-jama’ah yang banyak yang mengetahui aqidah dan amal-amal mereka. Apabila mereka berada diatas jalan tauhid, keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, istiqamah diatas agama Allah sebagaimana yang terdapat pada Al Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya maka mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah walaupun mereka berada di banyak tempat namun pada akhir zaman jumlah mereka tidaklah banyak.

Dengan demikian, kriiteria mereka adalah keistiqomahan mereka berada diatas kebenaran. Apabila terdapat seseorang atau jama’ah yang menyeru kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, menyeru kepada tauhid Allah serta mengikuti syariahnya maka mereka adalah jama’ah, mereka adalah “Golongan yang Selamat”.

Adapun orang yang menyeru kepada selain Kitabullah atau selain Sunnah Rasul saw maka mereka bukanlah jama’ah bahkan termasuk kedalam golongan yang sesat dan merusak.

Sesungguhnya golongan yang selamat adalah para penyeru Al Qur’an dan Sunnah, walaupun ia adalah jama’ah ini atau jama’ah itu selama tujuan dan aqidahnya adalah satu tidak masalah apakah ia adalah jama’ah : Anshorus Sunnah, al Ikhwan al Muslimin atau yang lainnya, yang penting aqidah dan amal mereka. Apabila mereka istiqomah diatas kebenaran, tauhidullah, ikhlas dengannya, mengikuti rasul-Nya saw baik perkataan, perbuatan, aqidah sedangkan nama tidaklah menjadi persoalan akan tetapi hendaknya mereka bertakwa kepada Allah dan bersifat shidiq.

Apabila sebagian mereka menamakan jam’ahnya dengan Anshorus Sunnah, sebagian lain menamakannya dengan Salafiy atau al Ikhwan al Muslimin atau jama’ah ini dan itu maka tidaklah menjadi persoalan selama jama’ah itu shidiq dan istiqomah diatas kebenaran dengan mengikuti Kitabullah dan Sunnah serta menghukum dengan keduanya, istiqomah diatas keduanya baik aqidah, perkataan dan perbuatan. Apabila jama’ah itu melakukan kesalahan dalam suatu urusan maka wajib bagi ahli ilmu untuk mengingatkannya dan menunjukinya kepada kebenaran apabila buktinya telah jelas.
Hal itu berarti : Hendaknya kita saling bekerja sama didalam kebajikan dan ketakwaan, mencari solusi terhadap berbagai problematika kita dengan ilmu, hikmah, cara-cara yang baik. Barangsiapa yang melakukan kesalahan dalam suatu urusan dari jama’ah-jama’ah ini atau selain mereka yang berkaitan dengan aqidah atau apa-apa yang diwajibkan Allah atau diharamkan Allah maka hendaknya mereka diingatkan dengan dalil-dalil syar’i dengan cara yang lembut, bijaksana, cara yang baik sehingga mereka mau mengakui dan menerima kebenaran serta tidak lari darinya. Ini adalah kewajiban kaum muslimin untuk saling bekerja sama dalam kebajikan dan ketakwaan, saling menasehati diantara mereka dan tidak saling menghina yang bisa membuka peluang musuh untuk masuk ketengah-tengah mereka. (Majmu’ Fatawa wa Maqolat Mutanawwi’ah juz VIII hal 181)

Wallahu A’lam

Sumber : Eramuslim.com

>>Selengkapnya>

Tuesday, July 7, 2009

Iman Dan Tujuan Hidup Seorang Mukmin

خصلتان لا شيء افضل منهما الايمان بالله و النفع للمسلمين.

“Dua yang paling utama: iman kepada Allah dan berguna bagi kaum muslimin. Dua yang paling buruk: menyekutukan Allah dan membahayakan kaum muslimin.” (Rasulullah Saw)

Iman kepada Allah dan mentauhidkan-Nya merupakan esensi Islam dan landasan bagi totalitas kehidupan manusia. Ia adalah pengakuan dan penyaksian akan keesaan Allah Swt sebagai prinsip tertinggi dari seluruh ciptaan, semua wujud, dan kehidupan.

Dengan iman dan tauhid tata kehidupan dibersihkan dari berbagai jenis keraguan yang menyangkut trandensi Tuhan dan keesaan-Nya; yang menyangkut tujuan hidup dan identitas peradaban; dan yang menyangkut seluruh nilai-nilai kehidupan.

Tingkat dan ketinggian keimanan dan ketauhidan seseorang tergantung kepada tingkat ma'rifat, keyakinan, dan kesaksiannya bahwa "tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya".

Refleksi otentiknya wujud dalam penghambaan yang tulus hanya kepada Allah dan kecintaan kepada-Nya yang melebihi kecintaannya kepada siapapun selain-Nya. Dalam diri hamba-Nya yang sejati bertahta kultur spiritual-ideologis yang memberikan panduan bagi amal shalih, amal yang dimotivasi oleh kesadaran penghambaan yang tulus yang ditujukan semata-mata kepada Allah demi meraih ridha-Nya dan dilakukan dengan benar sesuai dengan hukum-hukum Allah yang tertuang dalam wahyu dan sunnatullah.

Terbebas dari rasa takut dan gundah adalah implikasi psikologis beriman dan beramal shalih. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS, al-Baqarah [2]: 277).

Sedangkan implikasi sosialnya adalah kehidupan yang baik yang kebaikannya dapat menembus segala dimensi, ruang, dan waktu. "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS, al-Nahl [16]: 97)

Sedangkan syirik (menyekutukan Allah) dan segala derifasinya merupakan refleksi dari kekacauan paradigma dan persepsi tentang Tuhan dan alam. Kekacauan persepsi tentang dua realitas yang sama sekali mutlak berbeda dalam wujud atau eksistensinya: Tuhan dan bukan Tuhan, Khalik dan makhluk.

Syirik suatu konsep yang coba menyatukan atau menyamakan, memasukan, dan bahkan mengacaukan dua realitas yang mutlak berbeda itu. Maka secara obyektif syirik diartikan menuhankan sesuatu yang bukan Allah, dan secara subyektif diartikan memberikan kekuasaan-kekuasaan (otoritas) dan kualitas-kualitas setengah tuhan kepada benda, para pendeta, atau para pemimpin sekuler untuk mengatur segala urusan.

Dalam Islam, pengetahuan dan tindakan syirik diyakini sebagai bentuk kezhaliman terbesar yang implikasi buruknya sangat luas. Secara psikologis syirik hanya membiakkan kebimbangan, kegelisahan, dan tragedi kemanusiaan.

"Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim." (QS, Ali 'Imran [3]: 151).

Oleh sebab itu Imam Ghazali memandang syirik sebagai penyakit hati yang paling buruk. Implikasinya sangat serius bagi kehidupan manusia itu sendiri, baik kehidupan di dunia sekarang ini lebih-lebih bagi kehidupan di akhiratnya nanti. "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) karena sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS, Luqman [31]: 13).

Sedangkan kezhaliman itu adalah kegelapan yang akan meneggelamkan seluruh tatanan yang berakibat membiaknya kerusakan, anarkhisme, dan kekacauan.

Sepanjang sejarah manusia kezhaliman terbukti menyeret seluruh kehidupan manusia ke dalam lorong-lorong kegelapan yang mengerikan. Fitnah dan kesengsaraan yang ditimbulkannya tidak hanya menimpa pelaku kezhaliman melainkan juga orang-orang yang tidak melakukannya.

"Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (QS, al-Anfal [8]: 25). Maka "Jauhilah syirik karena syirik itu kegelapan yang berlapis-lapis di hari Kiamat." (HR, Bukahri).

Sumber : Eramuslim.com




>>Selengkapnya>

Monday, July 6, 2009

Indahnya Surga....

Januari 12, 2008
Indahnya Surga
Surga adalah sebuah tempat yang akan dimasuki oleh orang-orang beriman bertaqwa dan mau beramal shalih, serta merupakan tempat bagi orang-orang yang dikaruniai oleh Allah. Dari kalangan para Nabi, Shiddiqin, Syuhada” dan orang-orang shali sebagai balasan kemudian di kampung akhirat Surga adalah cita-cita yang sangat mulia yang membuat mata terpesona melihat taman-tamannya, yang dirindukan oleh setiap manusia disetiap tempat dan zaman. Sesungguhnya Surga itu adalah cita-cita yang paling agung bagi seorang mukmin. Memasukinya dan hidup di dalamnya adalah sebuah sebuah harapan yang selalu dipikirkannya sepanjang umurnya, sehingga Surga membuat seseorang segera menuju kebaikan dan kebenaran walaupun di dalam perjalanan menujunya dipenuhi bahaya, kesulitan, pengorbanan, dan penuh duri, bahkan kematian.
Sehingga dengan semangat menggapai Surga inilah ada sebuah kisah dari Abu Musa al-Asy’ari yang ketika itu berhadapan dengan musuh dalam peperangan, dia berkata, Rasulullah bersabda :
“sesungguhnya pintu – pintu Surga berada dibawah kilatan pedang.” Mendengar itu, “Wahai Abu Musa! Apakah engkau mendengar Rasulullah mengatakannya.”Abu Musa menjawab: “Ya”. Serta orang itu kembali kepada teman-temannya dan berkata:”Saya menyampaikan salam kepada kalian.” Kemudian, dia merobek sarung pedangnya lalu menebaskannya kea rah musuhnya hingga dia terbunuh..”

Ayat – ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang Surga.
Allah SWT telah menjelaskan tentang keadaan Surga didalam kitab-Nya dengan keterangan yang nyata sehingga seakan-akan terkihat di depan mata. Penjelasan tentang Surga itu tidak hanya terdapat dalam satu Al-Quran saja, bahkan sangat banyak surat didalam Al-Quran yang berisi berita tentang Surga, diantaranya : “Sesungguhnya orang – orang yang bertaqwa berada dalam tempat yang aman , (yaitu) di dalam taman – taman dan mata air –mata air ; mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) mereka berhadap – hadapan. Dan Kami berikan kepad mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran)”. (QS. Ad – Dukhan : 51-55)
“Sesungguhnya Allah memasukkan orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih kedalam Surga – Surga yang dibawahnya mengalir ssungai – sungai. Di Surga itu mereka di beri perhiasan dengan gelang – gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera.” ( QS. Al-Hajj no. 23 )
“Sesungguhnya orang – orang yang bertaqwa itu didalam taman – taman dan di sungai – sungai, ditempat yang disenangi di sisi (Rabb) Yang Maha Perkasa.” ( QS. Al-Qomar : 54-55)


Hadist – hadist shahih yang menjelaskan tentang Surga.
Ketahuilah, wahai, hamba Allah, bahwa Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan tentang sifat Surga yang dijanjikan Allah kepad orang – orang yang bertaqwa dengan keterangan yang mendalam, detail dan gamblang. Keterangan ini membuat tenteram (hati) orang – orang yang beriman. Orang – orang yang shalih merasakan kenikmatan dengan mengetahuinya, dan orang – orang yang bertaubat merasakan kesenangan dengan mengingatnya.
1. Orang yang pertama kali masuk Surga
Dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Pada hari kiamat nanti aku akan mendatangi pintu Surga, kemudian aku meminta agar dibukakan (pintunya). Maka penjaga bertanya “Siapa anda?”Aku menjawab : ”Muhammad.” Selanjutnya dia berkata:”hanya untukmu aku diperintahkan agar membuka pitu ini dan dilarang bagi seorangpun sebelummu.”” (HR.Muslimno.188 )
Dari hudzaifah Radhiallahu”anha, ai berkata bahwa Rasulullah bersabda “Semua anak Adam berada di bawah benderaku pada hari kiamat, dan aku orang pertama yang dibukakan pintu Surga” (Shahiihul Jaami’ no. 6995)
2. Sifat rombongan pertama yang masuk Surga
Dari sahabat Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang yang pertama kali masuk Surga dalam keadaan bagaikan bulan dimalam purnama. Orang yang masuk setelah mereka bagaikan bintang yang sangat terang di langit yang cerah. Mereka tidak buang air besar, tidak beringus, dan tidak meludah. Sisir mereka terbuat dari emas. Keringat mereka adalah minyak kesturi. Tempat Bukhur (pewangi ruangan dan tubuh) mereka adalah batang kayu gaharu. Isteri -isteri mereka semuanya para bidadari. Bentuk tubuh bapak mereka, Adam; tingginya enam puluh hasta di langit.” (Muttafaq “alaih,{al-Bukhari no. 3327 dan Muslim no.2834})
3. Pintu – pintu Surga
Dari sahabat Sahl Sa”ad, ia berkata Rasulullah bersabda:”Di dalam Surga ada delapan pintu, diantaranya Surga ada yang bernama “Ar-Rayyan”. Pintu itu tidak dimasuki, kecuali hanya oleh orang – orang yang berpuasa.” (HR.Al-Bukhari no. 3257)
4. Tidak ada kematian dalam Surga
Dari Sahabat Abu’ Sa’id dan abu hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah bersabda : “jika penduduk Surga sudah masuk ke Surga, maka ada yang berseru :
“Sesungguhnya kalian akan tetap hidup dan tidak akan mati. Kalian akan tetap sehat dan tidak akan sakit. Kalian akan tetap muda dan tidak akan tua. Kalian juga akan selalu hidup senang dan tidak akan mendapat kesusahan,” (HR. Muslim no. 2837. Diriwayatkan juga oleh Ahmad no. 11905, at-Tirmidzi no. 3246.)

5. Kedudukan Penghuni Surga dan Tingkatan-tingkatan Surga
Dari Sahabat Abu Hurairah,ia berkata,Rasulullah bersabda:”Siapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mendirikan shalat dan berpuasa Ramadhan, maka wajib bagi Allah untuk memasukkannya ke Surga, baik dia berhijrah di jalan Allah atau tetap tingal di tanah airnya.” Para Sahabat berkata : “Wahai, Rasulullah, bolehkah kita memberitahukan ini kepada orang banyak?”Beliau bersabda :”Sesungguhnya di Surga ada seratus tingkatan yang telah disediakan oleh Allah bagi para Mijahiddin fii Sabilillah. Setiap dua tingkatan seperti jarak antara langit dan bumi. Maka jika kalian memohon kepada Allah,mohonlah Surga “Firdaus”yang tinggi. Karena Surga dan paling atas. Dan diatasnya terdapat “Arsy ar-Rahman. Dari sana sungai-sungai Surga mengalir.” (HR. Al-Bukhari no.7423,lihat juga Shahiilil Jaami’ no. 7873)
6. Sifat-sifat Penduduk Surga
Dari Mu’adz bin Jabal Radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda:”Penghuni Surga akan masuk Surga dengan tubuh dan wajah yang tidak berbulu, dan bercelak,mereka berumur 30 tahun atau 33 tahun.”(Shahiihul Jaami’ no. 7924)
7. Wanita-Wanita Penduduk Surga
Dari Anas bin Malik,ia berkata,Rasulullah bersabda:”…Kalaulah seorang wanita penduduk Surga menampakkan dirinya kepada penduduk dunia,niscaya dia akan menerangi antara keduanya dan bumi akan penuh dengan wewangian. Dan sungguh, penutup kepalanya lebih baik daripada dunia dan sisinya.” (HR.Al-Bukhari)
8. Makanan dan minuman penghuni Surga
Dari Muwiyyah bin Haidah, ia berkata, Rasulullah bersabda : “sesungguhnya di Surga ada lautan air, lautan madu, lautan susu, lautan khamr, kemudian darinya sungai – sungai mengalir.” (Shahiihul Jaami’ no. 2118)
9. Pemandangan di Surga
Di Surga ada kenikmatan yang abadi,kebaikan yang merata,dan rahmat dari Allah yang begitu luasnya. Disana ada dipan-dipan tinggi yang terlihat bersih dan suci. Ada gelas-gelas berasal dari emas yang tertata rapi yang disediakan untuk minum,tidak perlu diminta dan dipersiapkan. Ada bantal-bantal dan tilam-tilam untuk bertelekan di waktu bersantai. Di sana sini terhampar karpet-karpet sajadah-sajadah untuk perhiasan dan duduk bersuka ria.Kemahnya yang terbuat dari mutiar,istanya terbut dari emas,hingga pohon yang tumbuh di Surga pun terbuat dari emas.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda : “Tidak ada sebuah pohonpun di Surga, melainksn batangnya dari emas.” (Shahiihul Jaami’ no. 2118)
Ketahuilah, wahai, hamba Allah,bahwa penghuni Surga adalah orang – orang yang merasa takut kepad Allah. Rasa takut yang mendorong kepada kebaikan dan mencegah dari setiap penyimpangan. Rasa takut inilah yang membuat ibadah dan amal menjadi ikhlas, bersih dari noda riya’ dan syirik dari segala bentuknya.
Para penduduk Surga adalah orang – orang yang bertaqwa, takut, lagi waspada. Allah tidak akan menggabungkan dua rasa takut pada satu jiwa, yakni merasa takut kepada-Nya di dunia dan merasa takut kepada-Nya di hari kiamat
Oleh karena itu, siapa yang takut kepada-Nya di dunia, niscaya Allah akan memberikan rasa aman kepadanya di akhirat. Dan bersamaan rasa aman, juga diberikan rasa dekat dan pemuliaan.
Itulah Surga, rambu-rambunya nyata lagi jelas, dan inilah jalannya mudah rata, serta terdapat petunjuk dan penerang disekitarnya. Sekarang, kita akan menuju kesana karena pintu Surga (selalu) terbuka bagi orang – orang yang mau menempuhnya.
Inilah jalan-Nya , sebagaimana yang digambarkan Rasulullah dalam sabdanya : “Surga itu dikelilingi oleh hal – hal yang dibenci (manusia), sedangkan Neraka itu dikelilingi oleh hal – hal yang menyenangkan” (Shahiihul Jaami’ no. 3142)
Juga dalam sabda beliau SAW : “Setiap umatku akan masuk Surga, kecuali orang yang enggan. ” mereka bertanya : “Wahai, Rasulullah, siapa yang enggan?” Beliau bersabda : “barang siapa taat kepadaku, niscaya dia akan masuk Surga, dan barang siapa durhaka kepadaku, berarti dia enggan (masuk Surga).” (HR. Al-Bukhari).
Inilah jalannya para penempuh jalan ke Surga. Hendaklah kita mempersiapkan diri untuk merealisasikannya dan menerapkannya dalam kehidupan. Ini tidak bisa kita laksanakan, kecuali dengan ilmu yang benar yang bersumber dari kitabullah jalla jalaaluh dan sunah Nabi-Nya dan semoga Allah selalu membimbing kita dalam beribadah dan memasukkan kita ke dalam golongan orang – orang ahli Surga, Amiin.


Diarsipkan di bawah: Al-Ilmu — masjidalkhoir @ 5:27 am



>>Selengkapnya>

Ohhh Dahsyatnya...!!!

Dahsyatnya Neraka
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


Wahai manusia yang durhaka dan senantiasa bergelimang dengan maksiat dan
dosa, tidakkah kedahsyatan jahannam menggetarkan hatimu? Allah
menyediakan bagi hamba-hamba-Nya yang ingkar lagi sombong. Ingatlah
tatkala jahannam ditarik dengan 70.000 tali kekang dan setiap tali
ditarik oleh 70.000 malaikat, saat itu orang-orang kafir dalam kehinaan,
mereka berharap seandainya dapat menebus semua itu dengan emas sebesar
dunia.
Sungguh besar kehinaan dan kecelakaan para penghuninya. Sungai neraka
adalah darah dan nanah busuk yang menggelegak, minumannya adalah air
yang mendidih, naungannya adalah awan hitam yang panas, anginnya adalah
samum yang membawa hawa panas, makanannya adalah zaqqum yang jika
setetesnya jatuh ke bumi, niscaya hancurlah dunia dan seisinya, bahan
bakarnya adalah manusia dan batu api, panasnya membakar kulit hingga ke
ulu hati, pakaiannya adalah baju ter yang membakar, kedalamannya sejauh
batu yang diluncurkan selama 70 tahun. Suara neraka akan meraung geram
kepada penghuninya. Mereka akan dibelenggu dengan rantai besi membara
dan dipukul dengan palu godam, yang jika mengenai sebuah gunung niscaya
gunung tesebut akan menjadi abu, wajah-wajah mereka diseret di atas bara
api sedang tangan mereka terikat. Duhai . kecelakaan apalagi yang pedih
besar dari itu semua. Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu
dari siksa Jahannam . Amiin.

LOKASI NERAKA
Jika surga terletak di langit ke tujuh, maka sebagian salaf berkata
neraka terletak di dasar bumi yang ke tujuh (begitu pendapat Ibnu Mas'ud
dan lainnya). Namun para jumhur tawaqquf (berdiam diri) dalam masalah
ini, dan inilah pendapat yang dipilih oleh As-Suyuthi dan Waliyullah
Ad-Dahlawi.

PEMANDANGAN LAIN DI JAHANNAM
1.. Di Jahannam terdapat sebuah gunung api Shu'uda yang Allah
memerintahkan orang kafir (Al-Walid bin Mughirah) untuk mendakinya.
(Lihat QS. Al-Muddatstsir: 17). Menurut riwayat Imam Ahmad, setiap kali
dia meletakkan tangannya di atas gunung tersebut, maka tangannya
langsung meleleh. Dan ketika diangkat kembali seperti semula. Dia akan
menghabiskan waktu selama 70 tahun untuk mendakinya, dan menuruninya
selama 70 tahun juga.
2.. Di Jahannam juga terdapat lembah Al-Ghayy, yaitu lembah di dasar
Jahannam yang dialiri nanah bercampur darah dari para penghuni neraka.
Lembah ini disediakan Allah kepada mereka yang meremehkan shalat dan
mengikuti syahwatnya. (Lihat QS. Maryam: 59).
3.. Juga lembah Atsam yang berisi ular dan kalajengking, adzab di
dalamnya berlipat-lipat. Lembah ini diperuntukkan bagi mereka yang
berbuat syirik, berzina dan membunuh jiwa tanpa hak. (Lihat QS.
Al-Furqan: 68).
4.. Ada juga lembah Maubiqa yang berisi nanah di dalam neraka Jahannam.
Allah menyiapkannya untuk para penyembah berhala. (Lihat QS. Al-Kahfi:
51-52).
5.. Ada juga sebuah rumah bernama Al-Falaq, Ibnu Rajab mengatakan jika
pintunya dibuka, maka seluruh penduduk neraka akan menjerit karena tidak
mampu menahan panasnya. Wallahu a'lam.
6.. Di Jahannam juga terdapat penjara Bulas dimana orang-orang yang
menyombongkan diri akan digiring seperti semut-semut kecil berbentuk
manusia, mereka diselimuti dengan kobaran api dan terbenam dalam
keringat dan nanah yang bercampur darah penduduk neraka. (HR. Ahmad,
hasan).
7.. Belenggu Jahannam. Di dalam Jahannam ada tiga belenggu; Al-Aghlal,
yaitu belenggu dari besi membara yang dipasang dileher penduduk neraka.
(QS. Saba: 33), Al-Ashfad, yaitu tali api yang sangat kuat sehingga
membuat seseorang tak berdaya. (QS. Ibrahim: 49) dan As-Salasil, yaitu
rantai besi yang panjangnya 70 hasta. (QS. Al-Haqqah: 32).
8.. Cambuk Jahannam. Allah berfirman: "Dan untuk mereka cambuk-cambuk
dari besi." (QS. Al-Hajj: 21).


PARA PENJAGA NERAKA
Allah menggambarkan tentang karakter malaikat penjaga neraka, mereka
adalah makhluk yang sangat keras dan kasar. Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6).

MAKANAN DAN MINUMAN DI NERAKA
1.. Pohon Zaqqum, mayangnya seperti kepala syetan, tumbuh di bawah dasar
neraka Jahim, setiap yang memakannya, maka ususnya akan terburai. (QS.
Ash-Shaffat: 62-68).
2.. Pohon Dhari, yaitu pohon duri yang sangat keras, tidak dapat
menggemukkan dan tidak menghilangkan lapar, karena ia menyumbat
tenggorokan, tidak keluar dan tidak juga masuk ke dalam perut, demikian
menurut Ibnu Abbas. (QS. Al-Ghasiyah: 6).
3.. Ghislin, yaitu nanah bercampur darah yang keluar dari tubuh penduduk
neraka. (QS. Al-Haqqah: 35-37).
4.. Al-Hamim, yaitu air yang sangat panas yang akan disuguhkan dengan
besi panas yang ujungnya dibengkokkan. (QS. An-Naba': 24-25).
5.. Al-Ghassaq, air yang sangat dingin. Menurut Ibnu Umar ia adalah
nanah kental yang jika setetesnya ditumpahkan di barat bumi, niscaya
penduduk timur akan mencium baunya yang sangat busuk.
6.. Ash-Shadid, (QS. Ibrahim: 16), yaitu air nanah bercampur darah. Ibnu
Rajab berkata, air shadid akan membuat wajah mereka hangus, sekaligus
membuat seluruh kulit kepala dan rambutnya mengelupas.


PINTU-PINTU NERAKA
Jahannam memiliki 7 pintu yang tiap-tiap pintu telah ditetapkan golongan
yang akan memasukinya. Allah berfirman:
"Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan
kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. Jahannam itu
mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan
yang tertentu dari mereka." (QS. Al-Hijr: 43-44).
Ibnu Juraij berkata tentang ayat tersebut:
"Yang pertama adalah Jahannam, kemudian neraka Ladza, neraka Huthamah,
neraka Sa'ir, neraka Saqar, Jahim dan Hawiyah".
Pintu-pintu neraka tertutup rapat, sebagaimana firman Allah:
"Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka." (QS. Al-Humazah: .
"Mereka berada di dalam neraka yang ditutup rapat." (QS. Al-Balad: 20).
Ibnu Rajab berkata:
"Pintu-pintu neraka akan selalu tertutup sebelum dimasuki oleh
penghuninya nanti pada hari kiamat. Hal ini sebagaimana yang disebutkan
dalam Al-Qur'an:
"Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan.
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah
pintu-pintunya." (QS. Az-Zumar: 71).

GAUNG KEGERAMAN SUARA NERAKA
Orang-orang kafir dapat mendengar raungan suara neraka yang penuh dengan
kegeraman dari jarak yang jauh. Allah berfirman:
"Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka
mendengar kegeramannya dan suara nyalanya." (QS. Al-Furqan: 11).
Juga firman-Nya:
"Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka
yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka)
itu terpecah lantaran marah." (QS. Al-Mulk: 7).
Ka'ab pernah berkata kepada Umar bin Khaththab:
"Demi Allah, Neraka Jahannam akan mengeluarkan gaung suaranya. Tidak ada
satu malaikat yang dekat kepada Allah atau makhluk yang lain kecuali
akan terjatuh di atas kedua lututnya sambil berkata: "Ya Allah, pada
hari ini hendaklah manusia mengurus dirinya sendiri-sendiri."



KADAR HAWA DAN PANAS NERAKA
Rasulullah saw. bersabda:
"Api kalian yang ada sekarang ini yang digunakan bani Adam untuk
membakar hanyalah 1/70 dari api neraka jahannam. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Ibnu Rajab menukil pendapat Ka'ab kepada Umar bin Khaththab:
"Seandainya neraka Jahannam dibuka seukuran hidung lembu di bumi sebelah
timur, dan ada seseorang di belahan bumi bagian barat, pasti otaknya
akan meleleh karena tidak mampu menahan panasnya".
Di antara penyebab hawa dan panas neraka sedemikian memuncak adalah
tidak berfungsinya 3 unsur pendingin dari panas bagi manusia, yaitu air,
angin dan naungan untuk berteduh. Air di jahannam adalah hamim (air
panas yang menggelegak), anginnya adalah samum (angin yang amat panas),
sedang naungannya adalah yahmum (naungan berupa potongan-potongan asap
hitam yang juga panas). (Lihat QS. Al-Waqi'ah: 41-44).


PERMOHONAN PENDUDUK NERAKA KEPADA PENDUDUK SURGA
Para penduduk neraka merasa iri dengan apa yang Allah berikan kepada
penduduk surga berupa makanan dan minuman yang sangat nikmat, mereka
merengek sekiranya di antara penduduk surga ada yang mau memberikan
sedikit saja kepada mereka. Di antara penduduk surga ada yang merasa
iba, hingga hampir-hampir memberikannya. Namun Allah mengharamkan
manakan dan minuman itu bagi penduduk neraka. (Lihat QS. Al-A'raf:
44-50).

BAHAN BAKAR NERAKA
Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;" (QS. At-Tahrim:
6).
Sebagian mufassir mengatakan bahwa batu tersebut adalah batu korek atau
belerang, ada yang mengatakan batu berhala yang dahulu disembah orang
musyrik, mereka menjadi bahan bakar neraka sebagai penghinaan atas
sesembahan mereka, begitu pula para penyembahnya. (Lihat QS. Al-Anbiya':
98-99).



KONDISI PENGHUNI NERAKA
1.. Wajah mereka cacat dan terbakar. (QS. Al-Mukminun: 104).
2.. Setiap kulit mereka matang karena terbakar, maka Allah akan
mengganti kulit yang baru, begitulah seterusnya. (QS. An-Nisa': 56).
3.. Wajah yang hangus menghitam, karena kepala mereka akan disematkan
mahkota api.
4.. Penduduk neraka akan mengeluarkan bau yang sangat busuk dari tubuh
mereka.



PAKAIAN DI NERAKA
1.. Pakaian dari Qathiran yang terbuat dari tembaga yang dilebur. (QS.
Ibrahim: 49-50).
2.. Tikar dan selimut api (Mihad dan Ghawasy). (QS. Al-A'raf: 41).




SUMUR DAN JURANG NERAKA
Kedalamannya sebagaimana yang digambarkan Rasulullah saw. dalam riwayat
Muslim dari Abu Hurairah:
"Pada suatu hari kami bersama Nabi saw. Lantas kami mendengar suara
benda jatuh, kemudian Rasulullah saw. bersabda: "Tahukah kalian, suara
apakah itu?" Kami menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi
saw. bersabda: "Itu adalah suara batu yang dikirim dari neraka jahannam
sejak 70 tahun yang lalu. Dan sekarang baru sampai ke dasar neraka."



LUAS JAHANNAM
Untuk mengetahui luas dan besarnya jahannam, dapat dibayangkan
seandainya jahannam itu memiliki 70.000 tali kekang dan setiap tali
kekang dipegang oleh 70.000 malaikat (Shahihul Jami' 7.878). Juga dengan
mengetahui besarnya tubuh para penghuninya, yang gerahamnya sebesar
gunug Uhud, jarak antara kedua pundaknya sama dengan perjalanan 3 hari,
tempat duduknya sejauh Makkah dan Madinah, bahkan seandainya seorang
penduduk neraka menangis, maka air matanya yang menetes dapat menjadikan
sebuah perahu berlayar di atasnya.



BERBAGAI BENTUK SIKSAAN BAGI PENDUDUK NERAKA
1.. Seringan-ringan siksa adalah seseorang yang memakai terompah dari
bara api, sehingga menyebabkan otaknya mendidih. (HR. Bukhari dan
Muslim).
2.. Kepala mereka akan disiram dengan air panas sehingga melelehkan otak
mereka, begitu pula isi perut dan kulit mereka. (QS. Al-Hajj: 19-21).
3.. Wajah mereka akan diseret di atas bara api, juga dibolak-balik
seperti daging bakar. (QS. Al-Ahzab: 66).
4.. Wajahnya akan dihitamkan seperti tertutup kepingan malam yang gelap
gulita. (QS. Yunus: 27).
5.. Dikepung api dari segala penjuru. (QS. Al-Ankabut: 55 dan Az-Zumar:
16).
6.. Api membakar hati penduduk neraka, sehingga dari hati mereka keluar
api.
7.. Isi perut manusia akan terburai (menimpa kepada Amru bin Luhay,
orang yang pertama kali merubah ajaran tauhid nabi Ibrahim menjadi
penyembahan terhadap berhala).
8.. Terjun dari atas neraka, yaitu bagi mereka yang bunuh diri dengan
menjatuhkan dirinya dari tempat yang tinggi.
9.. Tidak pernah mati selamanya. (QS. Ibrahim: 17).
10.. Siksaannya tidak pernah berhenti. (QS. Al-Mukmin: 49-50).


ULAR DAN KALAJENGKING JAHANNAM
Dalam menjelaskan firman Allah:
"Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka
selalu berbuat kerusakan." (QS. An-Nahl: 88).
Ibnu Mas'ud berkata:
"Yaitu kalajengking yang taringnya seperti pohon kurma yang panjang."
Imam As-Sudi mengatakan bahwa ia adalah ular-ular di dalam neraka.
Riwayat tentang ular dan kalajengking di neraka tidak ada yang marfu'
sampai ke Nabi saw, kebanyakan mauquf pada sahabat dan sebagian
israiliyat. Wallahu a'lam.



JERITAN, RINTIHAN DAN LOLONGAN PENDUDUK NERAKA
Di antara kengerian neraka; penduduknya merintih dan menjerit serta
melolong seperti keledai yang meringkik keras, yang demikian itu karena
saking pedihnya siksa yang dirasakan. (Lihat QS. Al-Anbiya': 100, Hud:
106 dan Fathir: 37). Penduduk neraka akan menangis sampai air mata
mereka habis, sehingga yang keluar dari matanya adalah darah, ya darah,
bukan air lagi!
Mereka merintih dan memohon agar dapat dikeluarkan dari siksa neraka,
mereka berjanji akan beramal shalih jika dikembalikan di dunia. Namun
harapan mereka adalah harapan kosong dan doa mereka adalah doa yang
sia-sia. Malaikat berkata: "Sesungguhnya kalian akan tetap berada di
neraka ini." (QS. Az-Zukhruf: 77).

SIAPAKAH PENDUDUK NERAKA?
Dari Al-Qur'an dan Sunnah yang shahih disimpulkan bahwa penduduk neraka
adalah orang yang musyrik, kafir, munafik, orang-orang sombong,
orang-orang yang tidak mengingkari Thaghut (sesembahan yang disembah
selain Allah) dan pemimpin zalim, para pezina dan homoseks, peminum
khamer (minuman keras), pemakan riba (seperti bunga Bank), uang judi
(seperti togel, siji, Asuransi dll) dan harta anak yatim tanpa alasan
yang benar, pembunuh orang mukmin tanpa hak, pelaku bunuh diri, orang
yang tidak mau berjihad dan tidak mau membantu kaum muslimin yang
tertindas dan diperangi, orang yang meninggalkan shalat, zakat, dan
shaum (puasa), para dayyuts (orang yang membiarkan perbuatan maksiat
terjadi di hadapannya) dan orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya,
dll. Wallahu a'lam.

Semoga kita tidak menjadi bagian dari Penduduk Neraka! Amiin Ya Allah..!


Wallahu A'lam.



>>Selengkapnya>

Saturday, July 4, 2009

Bukan Modernisasi, Tapi Jahiliyahisasi dan Hewanisasi

Bagi kita yang tinggal di daerah perkotaan, pemandangan wanita berpakaian transparan, setengah terbuka, dan ketat sudah menjadi hal yang lumrah. Setiap hari pemandangan seperti itu akan terlihat, sengaja ataupun tidak sengaja. Ketika kita sedang menunggu bis di halte, dalam bis, melewati jalan, di pasar, dan berbagai tempat lainnya.

Kita juga mungkin tahu, bahwa sebagian wanita yang berpakaian ketat dan terbuka tersebut bila ditanya, “Apakah anda seorang muslimah?” ia akan menjawab, “Ya, saya seorang muslimah.” Lalu kalau kita coba bertanya kembali, “Apakah model pakaian anda sesuai dengan ketentuan syariat islam?” ia juga akan berujar dengan bangga, “Inilah modernitas.”

Islam hadir menjunjung tinggi kedudukan wanita. Wanita yang dahulu dimasa sebelum kenabian Muhammad Saw. selalu dilecehkan dan tidak dihargai dengan datangnya Islam mereka diperhitungkan dan ditempatkan pada posisi yang mulia. Orang-orang yang tidak memahami ajaran islam sepenuhnya, tidak menggali sejarah masa lalu, dan menjadi budak hawa nafsu berusaha dengan sekuat tenaga melepaskan para wanita dari pakaian kemuliaannya.

Semua itu mereka landaskan dengan dalih kebebasan berpendapat, kesetaraan gender, dan modernitas zaman. Sehingga wanita muslimah yang menutup seluruh tubuhnya dianggap kolot dan tidak maju. Mereka dikucilkan dan dilecehkan, seperti yang terjadi di beberapa negara non-muslim dan juga negara yang penduduknya menganut agama Islam.

Kebebasan berpendapat yang tidak pada tempatnya dan kebablasan serta kesetaraan gender yang sering kali salah diartikan adalah paham yang datang dari Barat. Paham orang-orang yang tidak mengenal agama. Dimana setiap orang bebas melakukan apapun yang ia lakukan selama tidak mengganggu ketentraman orang lain. Selama hal itu masih dalam standar wajar yang mereka tetapkan.

Sehingga bukanlah hal yang asing kalau dalam film-film Barat yang pernah kita tonton melalui televisi seringkali ditampilkan di dalamnya kehidupan yang bebas dan lepas. Dan yang parahnya lagi, saat ini stasiun-stasiun televisi di Indonesia seolah-olah berlomba-lomba menyuguhkan tayangan-tayangan yang mengundang birahi syahwat.

Sebagian wanita muslimah yang lemah iman dan dangkal pemahaman keislamannya sering kali tertipu dengan syubhat yang dilontarkan Barat. Dan mereka saling berlomba untuk meniru gaya hidup yang rusak tersebut. Sehingga apa yang terjadi? Kerusakan moral, kasus pelecehan, perkosaan, dan perzinaan seperti hal yang biasa kita dengar dan baca dalam media elektronik dan cetak. Bukankah semua ini berawal dari sebagian wanita yang mempertontonkan kemolekan tubuhnya pada orang banyak?

Bagi laki laki yang teguh imannya mungkin akan sanggup untuk memalingkan mata dan menghindari hal tersebut. Tapi bagaimanakah dengan mereka yang masih leman iman dan amalannya, apakah yang terjadi? Dengan dorongan yang selalu datang dari hawa nafsu dan bisikan setan ia akan berusaha mencari jalan untuk bisa menyalurkan hasratnya yang tidak lagi bisa dibendung, sehingga berbagai tindakan kriminal, perzinaan, perkosaan, hubungan diluar nikah dan lainnyapun banyak terjadi dan sering kita dengar.

Tidak ada sedikitpun kebaikan paham kebebasan yang diusung Barat terhadap upaya melepaskan para wanita muslimah dari pakaian kemuliaan yang telah Allah tetapkan bagi mereka. Apa yang mereka gembar-gemborkan adalah upaya untuk merusak tatanan kehidupan bermasyarakat dan menjauhkan wanita dari agamanya. Dan paham itu telah terbukti menimbulkan kerusakan multidimensi dalam tatanan kehidupan masyarakat, seperti yang terjadi di masyarakat Barat.

Islam mewajibkan kepada setiap muslimah supaya menutup aurat, dimana setiap manusia yang berbudaya sesuai dengan fitrahnya akan malu kalau auratnya itu terbuka. Sehingga dengan demikian akan berbedalah manusia dari binatang yang telanjang.

Islam mengharamkan perempuan memakai pakaian yang membentuk dan tipis sehingga nampak kulitnya. Termasuk diantaranya ialah pakaian yang dapat mempertajam bagian-bagian tubuh, khususnya tempat-tempat yang membawa fitnah, seperti : bagian dada, betis , paha, dan sebagainya.

Dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda: "Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya itu: (l) Kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang (penguasa yang kejam); (2) Perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, yang cenderung kepada perbuatan maksiat dan mencenderungkan orang lain kepada perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka ini tidak akan bisa masuk sorga, dan tidak akan mencium bau sorga, padahal bau sorga itu tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian." (Riwayat Muslim, Babul Libas)

Mereka dikatakan berpakaian, karena memang mereka melilitkan pakaian pada tubuhnya, tetapi pada hakikatnya pakaiannya itu tidak berfungsi menutup aurat, karena itu mereka dikatakan telanjang, karena pakaiannya terlalu tipis sehingga dapat memperlihatkan kulit tubuh, seperti kebanyakan pakaian perempuan sekarang ini.

Jadi, pada dasarnya bukanlah modernisasi yang mereka gembar gemborkan, bukan juga keseteraan gender, tapi mereka mengusung mazhab setan dan hawa nafsu yang akan merusak moral dan kehidupan masyarakat. Mereka ingin mengembalikan para wanita muslimah pada kehidupan jahiliyah. Sehingga pada akhirnya, ketika mereka telah sampai pada puncak modernisasi yang mereka usung, kita tidak akan lagi melihat para wanita berpakaian di tempat-tempat umum.

Kalaupun berpakaian hanya menutup dua bagian sensitif dengan dua potong kain. Pemandangan seperti ini tak jauh berbeda dari pemadangan gerombolan sapi, kerbau, kambing, dan hewan lainnya. Hewan memang tidak punya akal dan rasa malu sehingga ia tidak ambil pusing dengan apa yang ia lakukan. Tapi manusia yang telah Allah anugerahkan padanya akal dan hati, justru seharusnya lebih berifikir bijak dan punya rasa malu.

Sungguh benar apa yang telah Allah sampaikan dalam Al-Qur'an, bahwa mereka punya telinga, tapi tidak digunakan untuk mendengarkan kebenaran, punya mata tapi tidak digunakan melihat kebenaran dan punya hati tapi tidak digunakan untuk memahami kebenaran, mereka seperti binatang, bahkan mereka lebih sesat dari binatang.

Sesungguhnya tabarruj (mempertontonkan perhiasan dan kecantikan pada orang lain) adalah kehidupan jahiliyah dan segala paham yang mengusung pada tabarruj sama artinya ingin mengembalikan wanita pada masa jahiliyah, masa kekolotan, dan kebodohan. Sedangkan, hijab itulah sesungguhnya kemajuan dan kemuliaan diri bagi wanita.

Saat ini mereka membisikkan ke telinga wanita: Keluarlah, tinggalkan rumahmu, jalanilah kehidupan modern, lepaskanlah pakaian yang menutup tubuhmu, lepaskanlah keterbelakangan. Sehingga beberapa wanita bekerja di pesawat, menjadi pramugari, di bar-bar, pertokoan, dan lainnya. Mereka disuruh keluar setengah telanjang di taman-taman, sehingga mereka tidak akan rela sampai menjadikan para wanita muslimah duduk dan berjalan di tepi pantai dengan hanya mengenakan dua potong kain, penutup bagian atas dan bawah.

Kemudian mereka berkata, “Sekarang engkau telah menjadi wanita yang maju dan berperadaban.”

Kita bertanya, "Apakah setiap kali para wanita hidup dalam kemajuan dan berperadaban, ia mengangkat kainnya di atas betis dan paha, kemudian ia menyempitkan pakaiannya?" Peradaban dan kemajuan apakah yang mereka gembar-gemborkan ketika wanita di tepi pantai hanya mengenakan dua potong pakaian penutup saja? Tidak lain adalah peradaban hewan.

Sejatinya, modernisasi dan kemajuan yang telah dilakukan oleh manusia tidak hanya diartikan kemajuan dibidang sains dan teknologi saja, kemudian mengabaikan agama dan moral, tapi kemajuan dan keberadaban yang sesungguhnya adalah mencakup ilmu, iman, amal, mental, akhlak, dan moral. Sehingga dapat tergambar dari kemajuan tersebut kehidupan yang tenang, aman, damai, tentram, dan selamat. Wallahu a`lam bish-showab.

Sumber : Insistnet.com

>>Selengkapnya>

Friday, July 3, 2009

Sya'ir...

1. KEAIBAN PADA DIRI KITA
Syair Imam Shafei

Kita kerap meyalahkan zaman ini, sedang keaiban sebenar adalah pada diri kita, tiada sebarang aib pada zaman kita, kecuali diri kita sendiri.
Kita kerap mencerca zaman ini tanpa jenayah dilakukannya.. kalau zaman tahu mengatur kata, tentulah ia mencaci kita kembali
Dunia kita adalah lakonan dan menunjuk-nunjuk..sebenarkan kita memperdaya Yang Maha melihat kita
Si serigala tiadalah pernah memakan daging rakannya .. sedangkan kita kerapkali makan daging semasa sendiri
2. JAGA SUARA


Jagalah suara bila bertutur di malam hari... Lihat sekeliling sebelum berkata di siang hari
3. KUTUKAN TERHADAPKU


Sekiranya datang padamu kutukan terhadapku dari orang yang kurang (akhlaknya dan ilmunya)...Itulah buktinya bahawa aku ini sebenarnya sempurna tiada kekurangan
4. TIADA INSAN MENGUSAI SEMUA ILMU


Tiada seorangpun yang mengetahui semua ilmu .. Tiada ! sekalipun dia pelajarinya 2 ribu tahun
Ilmu itu ibarat lautan saujana luas terbentang... Ambillah daripada setiap perkara itu apa yang terbaik
5. TANAM BENIH PERMUSUHAN


Bila anda memungkiri seseorang, awasi lah permusuhannya (terhadapmu) ... Sesiapa menanam pohon duri tiada dapat menuai anggur
6. ANTARA KEKAYAAN & KECERDIKAN


Kalau (kemewahan) dunia diperolehi dengan kecerdikan semata-mata .. dan juga akan, sudah tentu akan menduduki pangkat teratas
Tapi rezeki itu adalah pembahagian dan nasib .. kurnian Tuhan dan bukan kerana usaha orang yang mendapatnya
7. AKAL DAN PENGAJARAN


Bilamana seseorang ada akal fikiran .. dalam semua perkara baginya pengajaran
8. MENGETAHUI SEJARAH


Bukanlah insan bukan juga alim .. orang yang dirinya jahil sejarah
Sesiapa yang arif sejarah orang - orang terdahulu .. sesungguhnya ia telah menambah umur-umur mereka kepada umurnya
9. BUKU ITU SEBAIK TEMAN


Sebaik-baik teman berbual dan lepak-lepak itu ialah buku .. kau bersendirian bersamanya ketika sahabat-sahabatmu menjemuimu
Buku tidak membocorkan rahsia bila kau amanahkannya .. bahkan diperolehi darinya hikmah dan kebenaran
10. BERSATU TEGUH


Tombak- tombak kalau bersama tidak akan dapat dipatahkan .. Apabila terpisah antara satu sama lain, ia akan patah satu demi satu
11. PAPA DI BUMI SENDIRI


Kemiskinan di bumi sendiri adalah keasingan (umpama orang asing).. Berharta di negara asing itulah sebenarnya anak watan (negara itu)
Bumi ini (di mana-manapun) hanya satu ... manusia semuanya adik beradik dan berjiran
12. NILAI ILMU DAN KEDUDUKAN GURU

Ilmu adalahah sebaik apa yang dicapai tangan... begitu besar tangan (jasa) guru ku ke atasku.
Nyawaku taruhan bagi guruku, kerana dialah jernihnya kehidupanku.
Dialah merawatku daripada penyakit jahil... yang tiada dapat dilakukan oleh doktor yang agong.
Ilmu ibarat rumah dan guru umpama tangga.. dari mana lagi ingim ke rumah kalu tidak melalui yangganya ?
Maka ketahuilah hak seorang guru kerana dengan bantuannya dikau mengenali kebenaran ketika remaja.
Ilmu itu kalau engkau insafi, engkau tiada dapat menyamakannya dengan barangan dunia yang hilang dan lesap.
13. TIADA YANG DILAHIRKAN TERUS BERILMU

Belajar, sesungguhnya seseorang itu tidak dilahirkan alim,
dan tiadalah orang berilmu menyamai orang yang jahil.
Sesungguhnya pembesar kaum yang tiada ilmu,
menjadi kecil bila dikerumuni bala tenteranya (meminta pandangannya).
Seorang yang hina sekiranya berilmu,
ia menjadi besar bila dikerumuni oarang ramai (yang ingin belajar).
Jadi, janganlah redha dengan kerendahan (kehinaan),
Dan janganlah nasib hanya berpada dengan apa yang ditinggal orang terdahulu.
14. BUKAN SEMUA SAMA

" Bukan semua yang putih itu lemak,dan bukan segala yang hitam itu arang !"
- Bait syair Arab -







15. HASIL TANGANKU

Tanganku akan hancur di dalam tahah,
Yang kekal hanya tulisanku di atas buku,
Mujurlah sesiapa yang membaca tulisan aku,
Doakan keselamatan aku dari azab.

وَمَا سُمِّيَ الإنْسَانُ إِلا لِنَسْيِهِ * وَ سُمِّيَ القلبُ لأنه يتقلَبُ
Tidak dinamakan insan melainkan kerana sifat lupanya,

dan dinamakan hati qalbu kerana ia berubah- ubah

وعين الرضا عن كل عيب كليلة * كما أن عين السخط تبدىالمساويا
Pandangan simpati menutup segala cela
Sebagaimana pandangan benci menampakkan segala cacat
إذالم يكن إلا الأسنة مركب * فماحيلة المضطر إلا ر كوبها
“Apabila tidak ada yang lain melainkan hanya tombak untuk dikendarai
Maka tidak ada jalan lain bagi yang terpaksa kecuali menaikinya.”
اًحرام علي بلابله الوح * حلال للطير من كل جنس
Apakah pohon besar itu haram bagi burung bulbul
Tetapi halal bagi burung jenis lainnya
اًوكلما طن الذباب زجرتته إن الذباب إذاعلي كريم
Apakah setiap lalat yang berisik haruskah kuusir
Kalau begitu lalat sangatlah mulia bagiku
و من جعل غراب له دليل * يمربه علي جيف الكلاب
“Barangsiapa yang menjadikan burung gagak sebagai dalil
Maka ia akan membawanya melewati bangkai-bangkai anjing”

قل بما شئت في مسبة عرضي فسكوتي عند اللئيم جواب
ما أنا عادم الجواب ولكن ما من الأسد أن تجيب الكلاب
Berkatalah sekehendakmu untuk menghina kehormatanku
Toh, diamku dari orang hina adalah suatu jawaban
Bukanlah artinya aku tidak punya jawaban, tetapi
Tidak pantas bagi seekor singa meladeni anjing-anjing
(Diwan asy-Syafi’i hal. 44, tahqiq DR. Imil Badi’ Ya’qub)

إذا ما الأصل ألفي غير زاك فما تزكو مدى الدهر الفروع
Apabila Pondasinya tidak kuat
Maka cabangnya pun akan demikian sepanjang masa
و كم من عائب قولا صحيحا و آفته من الفهم السقيم
Berapa banyak orang yang mencela ucapan yang benar ?
Sebabnya karena pemahaman yang salah/buruk
وإذا الدعاوى لم تقم بدليلها بــ النص فهي على السفاه دليل
Jika para pendakwa tidak menopang dalilnya dengan argumentasi
Maka dia berada di atas selemah-lemahnya dalil
والحق منصور وممتحن فلا تعجب فهذي سنة الرحمن
Kebenaran itu akan menang dan mendapat ujian, maka janganlah
Heran, sebab ini adalah sunnah ar-Rahman (sunnatullah). Imam Ibnul Qoyyim di dalam al-Kafiyah asy-Syafiyah (217)

وإذا لم تر الهلال فسلم لأناس رأوه بالأبصار
Apabila engkau tidak melihat bulan sabit maka serahkanlah
Kepada manusia yang melihatnya dengan mata kepala
لو كنت تعلم ما أقول عذرتني أو كنت أعلم ما تقول عذلتكا
لكن جهلت مقالتي فعذلتني وعلمت أنك جاهل فعذرتكا
Seandainya kamu faham ucapanku niscaya kamu akan memaafkanku
Atau aku mengetahui ucapanmu maka aku mengkritikmu
Tetapi engkau tidak faham ucapanku sehingga mencelaku
Dan aku tahu bahwa kamu tidak faham maka aku memaafkanmu
تكاثرت الظياء على خراش فما يدري خراش ما يصيد
Kijang itu begitu banyak di hadapan Khirasy (sebangsa serigala)
Sehingga dia tidak tahu mana yang harus diburu terlebih dahulu
سارت مشرقة وسرت مغربا شتان بين مشرق ومغرب
Dia berjalan ke timur dan aku berjalan ke barat
Aduhai alangkah jauhnya timur dan barat
احذر لسانك أن يقول فتبتلى إن البلاء موكل بالمنطق
Jaga lidahmu untuk berujar dari petaka
Sebab petaka itu bergantung pada ucapan
فالبهت عندكم رخيص سعره حثوا بلا كيل ولا ميزان
Di sisi kalian dusta itu sangat murah harganya
Tanpa ditakar dan ditimbang mereka menghamburkannya
تَخُضْ فِيْ حَدِيْثٍ لَيْسَ مِنْ حَقِّكَ سِمَاعُهُ
Janganlah engkau menyelam ke suatu pembicaraan yang engkau tidak berhak mendengarkannya
و كم من عائب قولا صحيحا و آفته من الفهم السقيم
Berapa banyak orang yang mencela ucapan yang benar ?
Sebabnya karena pemahaman yang salah/buruk
ستبدي لك الأيام ما كنت جاهلا ويأتيك بالأنباء من لم تزود
Waktu akan menampakkan apa yang tidak kamu ketahui
Dan datang memberimu berita tentang apa yang tak kamu ketahui
لكل مقال مقام و لكل مقام مقال
“Setiap ucapan ada tempatnya dan setiap tempat ada ucapannya tersendiri.”
لاَ يَحْمُدُ السَّيْفُ كُلَّ مَنْ حَمَلَهُ
Pedang itu tidak memuji setiap orang yang membawanya
كل يدعى وصلابليلى وليلى لاتقرلهم بذاك
Semua mengaku-ngaku punya hubungan dengan Laila
Namun Laila memungkiri pengakuan-pengakuan mereka tersebut
فَعَلَيكَ بِالتَفصِيلِ وَالتَبيِينِ فَال إِطلاَقُ وَالإِجمَالُ دُونَ بَيَان
قَد أَفسَدَ هَذَا الوُجُودَ وَخَبَّطا ال أَذهَانَ وَالآراءَ كُلَّ زَمَانِ
Haruslah engkau memperinci dan menjelaskan
Penjelasan global tanpa perincian
Telah merusak alam ini dan membingungkan
Akal pikiran setiap zaman. Ibnul Qayyim
وَمَنْ يَكُ ذَا فَمٍ مُرٍّ مَرِيْضٍ يَجِدُ مَرًّا بِهِ المَاءَ الزُّلالا
Barangsiapa yang merasa sakit mulutnya
Niscaya air yang tawar akan terasa pahit baginya
قَوْمٌ إِذَ الشَّرُّ أَبْدَى نَاجِذَيْهِ لَهُمْ طَارُوا إِلَيْهِ زَرَفَاتٍ وَوُحْدَانٍ
Bila kejelekan menampakkan kedua taringnya pada suatu kaum maka mereka
akan menyerangnya secara berkelompok dan sendiri-sendiri

شِرَاءُ النُّفُوسِ بِالإِحْسَانِ خَيْرٌ مِنْ بَيْعِهَا بِالعُدوَانِ
Membeli jiwa dengan berbuat kebajikan itu lebih baik daripada menjualnya dengan permusuhan
حَيْثُمَا تَسْتَقِمْ يُقَدِّرْ لَكَ اللَّهُ نَجَاحًا
Sekiranya engkau menempuh jalan yang lurus niscaya Alloh akan memastikan kesukesan bagimu
أَعَاذَكَ اللَّه مِنْ سِهَامِهِم وَمُخْطِئٌ مَنْ رَمِيُّهُ القَمَرُ
Semoga Alloh melindungi dari bidikan anak panah mereka
Sungguh naïf orang yang membidikkan anak panahnya ke bulan
رَسْمِ دَارٍ وَقَفْتُ فِي طِلَلِهِ كِدْتُ أَقْضِي الحَيَاةَ مِنْ جَلَلِهِ
Telah berapa banyak bekas-bekas rumah yang aku telah berhenti pada bekas reruntuhannya
Yang hampir saja umurku kuhabiskan untuk itu…
أَعَاذَكَ اللَّه مِنْ سِهَامِهِم وَمُخْطِئٌ مَنْ رَمِيُّهُ القَمَرُ
Semoga Alloh melindungi dari bidikan anak panah mereka
Sungguh naïf orang yang membidikkan anak panahnya ke bulan
Ketahuilah wahai saudaraku…
لاَ يَضُرُّ السَحَابَ نُبَاحُ الكِلاَبِ
Gonggongan anjing-anjing itu tidak membahayakan awan



>>Selengkapnya>

Ayat - ayat Al Qur’an tentang Taubat

Tentang dorongan dan anjuran untuk bertobat, Al Qur’an berbicara:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah: 222).
Maka derajat apa yang lebih tinggi dari pada mendapatkan kasih sayang Rabb semesta alam.
Dalam menceritakan tentang ibadurrahman ( hamba Allah yang dikasihi ) yang Allah SWT berikan kemuliaan dengan menisbahkan mereka kepada-Nya, serta menjanjikan bagi mereka surga, di dalamnya mereka mendapatkan ucapan selamat dan mereka kekal di sana, serta mendapatkan tempat yang baik. Firman Allah SWT:
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)dosa(nya).” (QS. Al Furqaan: 68-70.).
Keutamaan apalagi yang lebih besar dari pada orang yang bertaubat itu mendapatkan ampunan dari Allah SWT , hingga keburukan mereka digantikan dengan kebaikan?
Dan dalam penjelasan tentang keluasan ampunan Allah SWT dan rahmat-Nya bagi orang-orang yang bertaubat. Allah SWT berfirman:
“Katakanlah: “Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Ayat ini membukakan pintu dengan seluas-luasnya bagi seluruh orang yang berdosa dan melakuan kesalahan. Meskipun dosa mereka telah mencapai ujung langit sekalipun. Seperti sabda Rasulullah Saw:
“Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan memberikan taubat kepada kalian.” (Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abi Hurairah, dan ia menghukumkannya sebagai hadits hasan dalam kitab sahih Jami’ Shagir - 5235)
Di antara keutamaan orang-orang yang bertaubat adalah: Allah SWT menugaskan para malaikat muqarrabin untuk beristighfar bagi mereka serta berdo’a kepada Allah SWT agar Allah SWT menyelamatkan mereka dari azab neraka. Serta memasukkan mereka ke dalam surga. Dan menyelamatkan mereka dari keburukan. Mereka memikirkan urusan mereka di dunia, sedangkan para malaikat sibuk dengan mereka di langit. Allah SWT berfirman:
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka kedalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak -bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari(pembalasan?)kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS.Ghaafir: 7-9).
Terdapat banyak ayat dalam Al Qur’an yang mengabarkan akan diterimanya taubat orang-orang yang melakukan taubat jika taubat mereka tulus, dengan banyak redaksi. Dengan berdalil pada kemurahan karunia Allah SWT, ampunan dan rahmat-Nya, yang tidak merasa sempit dengan perbuatan orang yang melakukan maksiat, meskipun kemaksiatan mereka telah demikian besar.
Seperti dalam firman Allah SWT:
“Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? .” (QS. At-Taubah: 104)
“Dan Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan.” (QS. Asy-Syuuraa: 25)
Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT: “Yang mengampuni dosa dan menerima taubat.” (QS. Ghaafir: 3)
Terutama orang yang bertaubat dan melakukan perbaikan. Atau dengan kata lain, orang yang bertaubat dan melakukan amal yang saleh. Seperti dalam firman Allah SWT dalam masalah pria dan wanita yang mencuri:
“Maka barangsiapa yang bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu, dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maaidah: 39)
“Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al An’aam: 54)
“Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat setelah itu, dan memperbaiki ( dirinya) sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 119)
Puja-puji terhadap Allah SWT dengan nama-Nya “at-Tawwab” (Maha Penerima Taubat) terdapat dalam al Quran sebanyak sebelas tempat. Seperti dalam do’a Ibrahim dan Isma’il a.s.:
“Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 128).
Juga seperti dalan sabda Nabi Musa kepada Bani Israil setelah mereka menyembah anak sapi:
“Maka bertaubatlah kepada Tuhan Yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu, pada sisi Tuhan Yang menjadikan kamu, maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang .” (QS. Al Baqarah: 54)
Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya:
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa: 64



>>Selengkapnya>

Antara Facebook dan Manusia Produktif

Antara Facebook dan Manusia Produktif
dakwatuna.com -Kecanggihan teknologi informasi khususnya internet telah membawa kemajuan yang sangat pesat di seluruh aspek kehidupan. Berapa banyak kawan lama yang kembali bersilaturahim berkat situs jejaring rekaan Mark Zuckerberg bernama Facebook. Berapa banyak bisnis berjalan mulus dan berkembang berkat distribusi dan jaringan melalui internet. Berapa pula banyak orang yang menjadi religius berkat siraman rohani dari berbagai situs dakwah yang bertebaran di dunia maya.
Namun dibalik manfaat kecanggihan internet itu tidak sedikit pula mudharat yang bakal menimpa penggunanya. Edward Richardson, pria asal London, Inggris tega membunuh mantan istrinya. Penyebabnya hal sepele, yakni setelah mengetahui kalau mantan istrinya tersebut telah mengubah status ’single’ di Facebooknya. Tidak sedikit juga pengguna internet menjadi tidak produktif karena waktunya habis terbuang hanya untuk memperhatikan perkembangan Facebooknya.
Jika Facebook dan produk internet lainnya telah melalaikan dan menurunkan produktivitas kita sebagai seorang muslim itu tandanya kita harus waspada. Islam –dengan ke-syumul-annya– menawarkan konsep “manusia produktif” kepada setiap orang sekaligus mengantarkan mereka menembus nilai-nilai ilahiyyah yang sering tertutup oleh tabir kegelapan jahiliyyah. Sekurang-kurangnya ada empat prinsip yang diutarakan sebagai konsep Islam dalam membina manusia menjadi muslim produktif, duniawi dan ukhrawi.
Yang pertama, mengubah paradigma hidup dan ibadah. Dalam Islam, hidup bukanlah menuju kematian, akan tetapi menuju kehidupan yang abadi. Hidup merupakan ladang yang akan dituai hasilnya di kehidupan abadi nanti. Sehingga hidup ini merupakan durasi penyeleksian manusia dari amalan-amalannya, dari produktivitasnya di pentas dunia. Mana di antara mereka yang tingkat produktivitasnya tinggi dan mana yang tidak. Allah swt berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS 51:56)
Apabila paradigma (cara pandang) terhadap Facebook dan produk internet lainnya sebagai sarana atau media yang memberikan kemudahan kepada kita untuk beribadah kepada Allah SWT maka peningkatan produktivitas kita akan mengalami lonjakan kenaikan yang tinggi karena media itu telah memberi banyak manfaat kepada kita, bukan menjadi sarana yang menjerumuskan kita kepada kesia-siaan, waktu yang terbuang dan berbagai kemudharatan lainnya.
Yang kedua, memelihara kunci produktivitas, yaitu hati. Rasulullah saw bersabda: “Ingatlah dalam diri manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka akan baiklah seluruh jasadnya. Dan apabila daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasadnya, itu tidak lain adalah hati”.
Hati merupakan “ruh” bagi semua potensi yang kita miliki. Jika hati kita bersih pikiran dan tenaga tidak akan tercurahkan serta tersalurkan hanya untuk melihat foto-foto orang lain, atau membaca komentar-komentar orang lain di Facebook. Jika hati kita bersih kita juga tidak akan berbuat iseng kepada orang lain dengan mengambil gambar orang lain untuk keperluan yang tidak bermanfaat.
Hati yang terpelihara dan terlindungi akan memancarkan energi yang mendorong manusia untuk beramal lebih banyak dan lebih berkualitas lagi. Produktivitasnya akan terjaga bahkan akan terus bertambah sedikit demi sedikit. Dan tidak hanya itu, ‘amaliyah-nya (produktivitas) pun akan mempunyai nilai yang abadi. Nilai ini adalah nilai keikhlasan yang jauh dari kepentingan-kepentingan pribadi dan duniawi.
Yang ketiga, bergerak dari sekarang. Seorang sahabat pernah berkata: “Jika engkau di pagi hari maka janganlah menunggu nanti sore, dan jika engkau di sore hari maka janganlah menunggu waktu besok”. Prinsip “bergerak dari sekarang” ini menunjukkan suatu etos kerja yang tinggi dan hamasah (semangat) beramal yang menggebu-gebu. Seorang muslim sangatlah tidak pantas jika menunda-nunda suatu amal, karena waktu dalam pandangan Islam sangatlah mahal (oleh karena itu, dalam Al-Qur’an Allah swt banyak bersumpah dengan waktu), Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengatakan bahwa “waktu adalah kehidupan” .
Dari prinsip ini, akan terlahir sosok-sosok manusia ‘amali. Manusia yang senantiasa menghiasi waktunya dengan produktivitas tinggi akan menjauhi hal-hal yang akan mengantarkannya kepada suatu yang sia-sia dan tak berguna. Apalagi menyibukkan waktunya untuk chatting yang tidak bermanfaat sampai melalaikan waktu shalat. Sosok muslim yang ideal telah digambarkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya, ia berkata: “Di antara tanda bagusnya Islam seseorang, ia senantiasa meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi dirinya”.
Yang keempat, kontinuitas dalam beramal. Dalam Islam, masa produktif ialah sepanjang hayat, selama ia masih menghirup kehidupan, maka ia dituntut untuk terus beramal dan menjaga produktivitasnya, walaupun amalan itu dilakukan sedikit demi sedikit.
Dengan prinsip kontinuitas ini, maka Islam dapat menjaga kestabilan produktivitas seorang muslim. Islam tidak membiarkan seorang muslim beramal “besar” kemudian setelah itu padam dan surut kembali. Dorongan kontinyu (dawam) dalam beramal dengan bentuk ahabul a’mali ilallah (yang paling disukai oleh Allah) merupakan dorongan terbesar bagi setiap muslim untuk senantiasa terus produktif dan menjaga produktivitasnya.
Seharusnya kita dapat menjadikan Facebook dan media internet lainnya sebagai sarana untuk menyebarkan fikrah Islamiyah yang bersih. Satu saja orang bisa tersentuh cahaya Allah melalui tangan kita tentu akan melapangkan jalan kita ke surga.
Dunia dan segala apa yang ada di dalamnya hanyalah sarana yang akan menghantarkan kita pada perjumpaan dengan yang Maha Pencipta. Jangan terlalu dicinta yang membuat waktu kita habis bersamanya. Amatlah merugi jika sarana itu justru menghantarkan kita kepada kehinaan di neraka jahanam. Sebagai seorang muslim kita memahami bahwa hidup ini hanya sekali. Hiasilah ia dengan sikap produktif, kreatif, inovatif dan prostatic. Semoga kita semua menjadi manusia yang beruntung. Amin… (Yesi Elsandra)




>>Selengkapnya>

Ahlul Kitab

Makna Bahasa

Kata ahl berasal dari kata ahila-ya’halu-ahlan. Al-Ahl ertinya adalah famili, keluarga, kerabat. Ahl ar-rajul ertinya adalah isterinya, ahl ad-dâr ertinya penduduk kampung, ahl al-’amr ertinya penguasa, ahl al-madzhab ertinya orang-orang yang beragama dengan mazhab tersebut, ahl al-wabar ertinya penghuni kemah (pengembara), ahl al-madar atau ahl al-hadhar ertinya orang yang sudah tinggal menetap. 1)

Dari pengertian di atas, kata ahl jika disambung dengan al-kitâb, tampaknya yang paling sesuai pengertiannya secara bahasa, adalah orang-orang yang beragama sesuai dengan al-Kitab. Dengan ungkapan lain, mereka adalah para penganut atau pengikut al-Kitab.

Makna Istilah

Al-Quran telah mengecualikan kaum Muslim dari sebutan Ahlul Kitab meskipun kaum Muslim beragama sesuai dengan kitab samawi, iaitu al-Quran. Berikutnya, sebutan Ahlul Kitab secara syar’i hanya menunjuk kepada Yahudi dan Nasrani, tidak mencakup selain keduanya.

Kata Ahlul Kitab dinyatakan di dalam 31 ayat al-Quran.2) Al-Quran menggunakan kata Ahl al-Kitâb hanya dengan penunjukkan kepada dua golongan, iaitu Yahudi dan Nasrani. Terbukti bahawa semua ayat Ahl al-Kitâb menunjuk kepada dua golongan tersebut. Hal ini dapat kita pahami dari penafsiran para mufasir terhadap ayat-ayat tersebut, juga dari sebab-sebab turunnya.

Pada masa Rasulullah SAW dan masa sahabat terma Ahl al-Kitâb selalu digunakan hanya untuk menunjuk dua komuniti pemeluk agama Yahudi dan Nashrani. Selain dua komuniti tersebut tidak disebut sebagai Ahl al-Kitâb.

Sebahagian ulama berpendapat bahawa Ahl al-Kitâb hanya Yahudi dan Nasrani dari Bani Israel, sedangkan di luar Bani Israel, sekalipun beragama Yahudi atau Nasrani, tidak termasuk Ahl al-kitâb. Mereka berargumentasi bahawa Nabi Musa a.s. dan Isa a.s. hanya diutus untuk kaumnya, iaitu Bani Israel. Hal ini sebenarnya menunjukkan bahawa objek seruan Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. yang diutus hanya Bani Israel. Akan tetapi, hal itu tidak menunjukkan tidak bolehnya orang di luar Bani Israel mengikuti risalah Taurat dan Injil; juga tidak menunjukkan bahawa pengikut Taurat dan Injil selain Bani Israel tidak termasuk Ahl al-Kitâb. Apalagi bahawa orang-orang Arab (bukan keturunan Bani Israel) pada masa Nabi SAW tetap dimasukkan sebagai bahagian Ahl al-Kitâb, di samping kerana sebutan Ahl al-Kitâb adalah umum untuk semua orang yang menganut agama Yahudi dan Nasrani.

Imam ath-Thabari, ketika menafsirkan surat Ali Imran ayat 64, menyatakan, “Ahl al-Kitâb bersifat umum mencakup seluruh pengikut Taurat dan pengikut Injil. Yang demikian sudah diketahui bersama, yakni bahawa yang dimaksud dengn Ahl al-Kitâb adalah dua golongan itu seluruhnya.” Hal senada juga dinyatakan oleh asy-Syaukani dalam tafsir Fath al-Qadîr. 3)

Imam Ibn Katsir, ketika menafsirkan ayat tersebut, menyatakan, “Seruan ini bersifat umum mencakup seluruh Ahl al-Kitâb, iaitu Yahudi dan Nasrani, serta siapa saja yang berjalan di atas jalan mereka.” 4)

Ertinya, setiap orang yang menganut agama Yahudi atau Nasrani, sekalipun bukan keturunan Bani Israel, adalah bahagian dari Ahl al-Kitâb.

Ada juga sebahagian kaum Muslim yang beranggapan bahawa sekarang Ahl al-Kitâb sudah tidak ada. Ertinya, orang Yahudi dan Nasrani sekarang bukanlah Ahl al-Kitâb. Mereka berargumentasi, Ahl al-Kitâb adalah orang Yahudi dan Nasrani pada masa Rasulullah SAW atau menjalankan ajaran Taurat dan Injil yang sebenarnya secara lurus.

Pendapat tersebut kurang tepat. Sebab, penyimpangan orang Yahudi dan Nasrani juga sudah terjadi pada masa Rasul SAW bahkan sudah berlangsung sebelum masa beliau. Al-Quran dengan jelas menyatakan bahawa orang Nasrani pada waktu itu sudah meyakini idea triniti 5), meyakini bahawa al-Masih Putra Maryam adalah Allah 6), meyakini al-Masih adalah anak Allah 7), menyekutukan Allah dengan menjadikan rahib-rahib dan orang-orang besar mereka sebagai tuhan selain Allah (orang Yahudi juga berperilaku sama) 8), dan penyimpangan Nasrani lainnya masih banyak. Sedangkan orang Yahudi berkeyakinan bahawa Uzair adalah anak Allah 9), menutupi kebenaran dengan memalsukan isi Taurat 10) dan banyak penyimpangan lainnya.

Ertinya, orang Yahudi dan Nasrani memang sudah menyimpang sejak masa Rasul SAW. Oleh kerananya, mereka dengan jelas digolongkan sebagai orang kafir 11). Adapun sekarang, penyimpangan mereka bertambah lebih banyak lagi. Namun, status mereka adalah sama dengan pada masa Rasul SAW iaitu termasuk orang kafir.

Ada pendapat yang dikembangkan oleh kalangan Islam Liberal. Menurut mereka, Ahl al-Kitâb bukan hanya orang Yahudi dan Nasrani, tetapi mencakup semua penganut agama yang memiliki kitab suci termasuk Hindu, Budha, Konghuchu, Sinto, dll. Pendapat ini adalah pendapat batil.

Rasul SAW dan para sahabat pada waktu itu mengetahui tentang orang Majusi dan agama mereka. Namun, orang Majusi tidak mereka sebut sebagai Ahl al-Kitâb. Imam Malik bin Anas meriwayatkan bahawa Umar pernah menyebut Majusi lalu berkata, “Saya tidak tahu bagaimana memperlakukan urusan mereka.”

Kenyataan bahawa mereka bukan Ahlul Kitab juga diperkuat oleh fakta bahawa hukum tentang Ahlul Kitab tidak diterapkan semua atas mereka. Hasan bin Muhammad bin ’Ali bin Abi Thalib menuturkan :

Rasulullah SAW menulis surat kepada orang-orang Majusi Hajar. Beliau menyeru mereka pada Islam. Siapa saja yang masuk Islam diterima, sedangkan yang tidak, dikenakan atas mereka kewajiban membayar jizyah, hanya saja sembelihan mereka tidak boleh dimakan dan wanita mereka tidak boleh dinikahi (HR al-Baihaqi). 12)

Hadis ini menjelaskan perlakuan seperti terhadap Ahlul Kitab dalam hadis Imam Malik di atas, iaitu bahawa perlakuan sama itu tidak dalam semua hal, tetapi hanya dalam masalah jizyah. Ertinya, orang Majusi juga dikenai kewajiban membayar jizyah, tetapi mereka termasuk orang-orang musyrik.

Walhasil, Ahlul Kitab secara syar‘i hanyalah orang-orang beragama Yahudi dan Nasrani baik dulu pada masa Rasul SAW dan para sahabat ataupun masa sekarang dan yang akan datang.

Terhadap Ahlul Kitab, Islam memberikan hukum yang berbeda dengan kaum musyrik : sembelihan Ahlul Kitab boleh dimakan dan kaum wanitanya yang muhshanat (yang senantiasa menjaga diri dan kesuciannya) boleh dinikahi, yang menurut banyak ulama harus memenuhi syarat-syarat tertentu.



Makna Istilah

Al-Quran telah mengecualikan kaum Muslim dari sebutan Ahlul Kitab meskipun kaum Muslim beragama sesuai dengan kitab samawi, iaitu al-Quran. Berikutnya, sebutan Ahlul Kitab secara syar’i hanya menunjuk kepada Yahudi dan Nasrani, tidak mencakup selain keduanya.

Kata Ahlul Kitab dinyatakan di dalam 31 ayat al-Quran.2) Al-Quran menggunakan kata Ahl al-Kitâb hanya dengan penunjukkan kepada dua golongan, iaitu Yahudi dan Nasrani. Terbukti bahawa semua ayat Ahl al-Kitâb menunjuk kepada dua golongan tersebut. Hal ini dapat kita pahami dari penafsiran para mufasir terhadap ayat-ayat tersebut, juga dari sebab-sebab turunnya.

Pada masa Rasulullah SAW dan masa sahabat terma Ahl al-Kitâb selalu digunakan hanya untuk menunjuk dua komuniti pemeluk agama Yahudi dan Nashrani. Selain dua komuniti tersebut tidak disebut sebagai Ahl al-Kitâb.

Sebahagian ulama berpendapat bahawa Ahl al-Kitâb hanya Yahudi dan Nasrani dari Bani Israel, sedangkan di luar Bani Israel, sekalipun beragama Yahudi atau Nasrani, tidak termasuk Ahl al-kitâb. Mereka berargumentasi bahawa Nabi Musa a.s. dan Isa a.s. hanya diutus untuk kaumnya, iaitu Bani Israel. Hal ini sebenarnya menunjukkan bahawa objek seruan Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. yang diutus hanya Bani Israel. Akan tetapi, hal itu tidak menunjukkan tidak bolehnya orang di luar Bani Israel mengikuti risalah Taurat dan Injil; juga tidak menunjukkan bahawa pengikut Taurat dan Injil selain Bani Israel tidak termasuk Ahl al-Kitâb. Apalagi bahawa orang-orang Arab (bukan keturunan Bani Israel) pada masa Nabi SAW tetap dimasukkan sebagai bahagian Ahl al-Kitâb, di samping kerana sebutan Ahl al-Kitâb adalah umum untuk semua orang yang menganut agama Yahudi dan Nasrani.

Imam ath-Thabari, ketika menafsirkan surat Ali Imran ayat 64, menyatakan, “Ahl al-Kitâb bersifat umum mencakup seluruh pengikut Taurat dan pengikut Injil. Yang demikian sudah diketahui bersama, yakni bahawa yang dimaksud dengn Ahl al-Kitâb adalah dua golongan itu seluruhnya.” Hal senada juga dinyatakan oleh asy-Syaukani dalam tafsir Fath al-Qadîr. 3)

Imam Ibn Katsir, ketika menafsirkan ayat tersebut, menyatakan, “Seruan ini bersifat umum mencakup seluruh Ahl al-Kitâb, iaitu Yahudi dan Nasrani, serta siapa saja yang berjalan di atas jalan mereka.” 4)

Ertinya, setiap orang yang menganut agama Yahudi atau Nasrani, sekalipun bukan keturunan Bani Israel, adalah bahagian dari Ahl al-Kitâb.

Ada juga sebahagian kaum Muslim yang beranggapan bahawa sekarang Ahl al-Kitâb sudah tidak ada. Ertinya, orang Yahudi dan Nasrani sekarang bukanlah Ahl al-Kitâb. Mereka berargumentasi, Ahl al-Kitâb adalah orang Yahudi dan Nasrani pada masa Rasulullah SAW atau menjalankan ajaran Taurat dan Injil yang sebenarnya secara lurus.

Pendapat tersebut kurang tepat. Sebab, penyimpangan orang Yahudi dan Nasrani juga sudah terjadi pada masa Rasul SAW bahkan sudah berlangsung sebelum masa beliau. Al-Quran dengan jelas menyatakan bahawa orang Nasrani pada waktu itu sudah meyakini idea triniti 5), meyakini bahawa al-Masih Putra Maryam adalah Allah 6), meyakini al-Masih adalah anak Allah 7), menyekutukan Allah dengan menjadikan rahib-rahib dan orang-orang besar mereka sebagai tuhan selain Allah (orang Yahudi juga berperilaku sama) 8), dan penyimpangan Nasrani lainnya masih banyak. Sedangkan orang Yahudi berkeyakinan bahawa Uzair adalah anak Allah 9), menutupi kebenaran dengan memalsukan isi Taurat 10) dan banyak penyimpangan lainnya.

Ertinya, orang Yahudi dan Nasrani memang sudah menyimpang sejak masa Rasul SAW. Oleh kerananya, mereka dengan jelas digolongkan sebagai orang kafir 11). Adapun sekarang, penyimpangan mereka bertambah lebih banyak lagi. Namun, status mereka adalah sama dengan pada masa Rasul SAW iaitu termasuk orang kafir.

Ada pendapat yang dikembangkan oleh kalangan Islam Liberal. Menurut mereka, Ahl al-Kitâb bukan hanya orang Yahudi dan Nasrani, tetapi mencakup semua penganut agama yang memiliki kitab suci termasuk Hindu, Budha, Konghuchu, Sinto, dll. Pendapat ini adalah pendapat batil.

Rasul SAW dan para sahabat pada waktu itu mengetahui tentang orang Majusi dan agama mereka. Namun, orang Majusi tidak mereka sebut sebagai Ahl al-Kitâb. Imam Malik bin Anas meriwayatkan bahawa Umar pernah menyebut Majusi lalu berkata, “Saya tidak tahu bagaimana memperlakukan urusan mereka.”

Kenyataan bahawa mereka bukan Ahlul Kitab juga diperkuat oleh fakta bahawa hukum tentang Ahlul Kitab tidak diterapkan semua atas mereka. Hasan bin Muhammad bin ’Ali bin Abi Thalib menuturkan :

Rasulullah SAW menulis surat kepada orang-orang Majusi Hajar. Beliau menyeru mereka pada Islam. Siapa saja yang masuk Islam diterima, sedangkan yang tidak, dikenakan atas mereka kewajiban membayar jizyah, hanya saja sembelihan mereka tidak boleh dimakan dan wanita mereka tidak boleh dinikahi (HR al-Baihaqi). 12)

Hadis ini menjelaskan perlakuan seperti terhadap Ahlul Kitab dalam hadis Imam Malik di atas, iaitu bahawa perlakuan sama itu tidak dalam semua hal, tetapi hanya dalam masalah jizyah. Ertinya, orang Majusi juga dikenai kewajiban membayar jizyah, tetapi mereka termasuk orang-orang musyrik.

Walhasil, Ahlul Kitab secara syar‘i hanyalah orang-orang beragama Yahudi dan Nasrani baik dulu pada masa Rasul SAW dan para sahabat ataupun masa sekarang dan yang akan datang.

Terhadap Ahlul Kitab, Islam memberikan hukum yang berbeda dengan kaum musyrik : sembelihan Ahlul Kitab boleh dimakan dan kaum wanitanya yang muhshanat (yang senantiasa menjaga diri dan kesuciannya) boleh dinikahi, yang menurut banyak ulama harus memenuhi syarat-syarat tertentu.


>>Selengkapnya>

Wednesday, July 1, 2009

Kau,Aku,Dia,Dan Mereka

Kau,Aku,Dia,Dan Mereka

Kau…
Setapak kaki berjalan memburu gundah
Bergaduh bersama titian arah, merentang, menjalur memasti langkah

Aku menanti silih berganti
Kemana arah terpatri membelah suara?
Berdarah, memilu, membeku,
memisah akhir, bersatu, tersulam benang,
membiru…

Dia seindah bunga syurgawi
Menguntum, membunga menjadi jadi
Di sini berdiri sendiri menyepi,
Coba memasti dalam lingkaran sebuah sisi,
hingga dia menjadi begitu berarti

Mereka sudah pun meludah, begitu pun menadah
Hitam membayang jika putih akan menghilang
Separuh jiwa mengada, jejak menghilang membekas tiada.

Kau, aku, dia, dan mereka
Dalam satu bait lantunkan semua,
senada walau setengah berbeda
Empat senyawa memantap niat, membentang tekad
Jalanku, jika kau, dia dan mereka sama
Jalanmu, apabila aku, mereka, dan dia bersahaja
Jalannya, walau mereka, aku, dan kau berbeda
Jalan semua, aku, dia, kau, dan mereka membenahi filsafat hidup yang kian menyata.

>>Selengkapnya>

Di Manakah Anak Bangsa Itu?

Di Manakah Anak Bangsa Itu?

Apakah dia gerangan yang ada di situ?

Di balik celah niat yang masih membeku

Yang masih bersembunyi pada larut malam

Karena takut pada cahaya pagi datang merayu

Di tengah kelilingan asap kematian sang ibu pertiwi

Atau dia yang sedang membujuk paduka

Agar membebaskan tawanan itu

Adakah dia gerangan yang berada di situ?

Terlihat duduk berhayal terbang bebas

Mengipas awan menembus dimensi ruang

Tidur lelap bersama tulang belulang

Dan menghilangkan haus dengan minum darah para pejuang

Diakah yang membalas peluh dengan tawa?

Dengan tenang membuang syukur melupakan jasa

Kemana dia, sosok itu telah pergi?

Bersama langkah tanpa jejak membekas bumi

Mungkin telah hilang tenggelam karena tangis

Atau barangkali enggan terlihat mata karena takut akan caci?

>>Selengkapnya>
Template by : kendhin x-template.blogspot.com